Senin, 11 Januari 2016

Kopi itu hati




Sekelompok alumni satu universitas yang telah mapan dalam karier masing-masing berkumpul dan mendatangi professor kampus mereka yang telah tua. Percakapan segera terjadi dan mengarah pada keluhan tenatang stress dipekejaan dan kehidupan mereka.

Sambil menawari tamu-tamunya kopi, professor pergi kedapur dan kembali dengan porsi besar berisi kopi dan cangkir berbagai jenis dari porselin, plastic, gelas Kristal, gleas biasa. Beberapa diantaranya gelas mahal dan beberapa lainnya sangat indah. Sang professor berkata kepada para mantan mahasiswanya untuk menuang sendiri kopinya.

Setelah semua mahasiswanya mendapat secangkir kopi ditangan, professor itu mengatakan,’’jika kalian perhatiakan, semua cangkir yang indah dan mahal telah diambil, yang tertinggal hanyalah gelas biasa dan murah saja. Meskipun normal bagi kalian untuk menginginkan hanay yang terbaik bagi diri kalian, tapi sebenarnya itulah yang menjadi sumber masalah stress yang kalian alami.

‘’pastikan bahwa cangkir itu sendiri tidak mempengaruhi kualitas kopi. Dalam banyak kasus, gelas yang lebih mahal hanya mmenyembunyikan apa yang kita minum. Apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah kopi, bukan cangkirnya. Namun, kalian secara sadar mengambil cangkir terbaik dan kemudia mulai memperhatikan cangkir orang lain. Sekarang, perhatikan hal ini, hati kita bagai kopi, sedangkan pekerjaan, uang, dan posisi adalah cangkirnya. Sering kali, karena berkonsentrasi hanay pada cangkir, kita gagal untuk menikmati kopi yang Tuhan sediakan bagi kita.’’

Kehidupan sesungguhnya adalah hati kita. Apakah kita merasa bahagia dan damai? Apakah kita mencintai dan dicintai oleh keluarga, saudara, dan teman-teman kita? Apakah kita tidak bepikir buruk tentang orang lain dan tidak gampang marah? Apakah kita sabar, murah hati, bersuka cita karena kebenaran, sopan, dan tidak egois?

Hanay hati kita dan Tuhan yang tahu. Namun, bila kita ingin menikmati kopi bukan cangkirnya, hal-hal yang tidak semarak ini harus lebih mengendalikan kita ketimbang hal-hal semarak seperti pekerjaan, uang, dan posisi kita.

Hati adalah cerminan Tuhan. Karen, diadalamnya adalah ‘’ruh Tuhan’’ yang bersifat mulia. Setiap manusia memiliki hati dan ruh yang sumbernya sama. Tak ada yang beda, sehingga, kita mengenal anggukan universal. Tak ada satu orangpun didunia ini yang menyukai kebohongan, ketidak adilan, dan hal buruk lainnya. Itu pun jika kita mau mendengarkan hati nurni kita. Namun, terkadang kita tidak mampu mendengarkan—jika tidak mengabaikan—suara hati kita. Di sinilah masalahnya.

Hati manusia yang tak lagi mampu memancarkan suara hati, tertutup oleh belenggu, layaknya matahari yang tertutup awan. Awan gelap membuat sinar matahari tampak suram, terhalang pekat. Kira-kira seperti inilah hati manusia yang tertutup oleh belenggu. Ia tak lagi indah.

Dalam buku ESQ yang ditulis oleh Ary Ginanjar dijelaskan bahwa ada tujuh belenggu yang membuat hati menjadi buta, yaitu prasangka negative, prinsip-prinsip hidpu, pengalaman, kepentingan, sudut pandang, pembanding dan literature. 

Namun, hendaknya kita tidak khawatir. Sebab, kebuntuan hati dapat dinetralisasi dengan berbagi cara. Perbanyak istighfar, memohon ampun kepada Allah, berwudhu untuk membasuh hati, dan yang terpenting adalah selalu ikhlas, membuat hati kita berada dititik zero, sebuah kondisi yang tidak memnginginkan apa-apa, kecuali Allah semata.

‘’apakah mereka tidak berjalan dimuka bumi, lalu mereka mempunyai hati dengannya mereka dapat memahami. Atau mempunyai telinga yang dengannya mereka dapat memndengar? Karena, sesungguhnya, bukanlah mata itu yang buta, tetappi yang buta ialah hati yang didalam dada.’’ (QS. Al-Hajj[22]: 46)

Sebagai orang yang mengaku beriman, berakhlak, ataupun beragama, tidak dapat dipungkiri bahwa menjajga hati untuk tetap bersih bukan perkara gampang. Mata kita boleh melihat, telinga boleh mendengar, otak berkerja kerja keras untuk berpikir, namun akhirnyanhati jugalah yang menjadi filter untuk sebuat ‘’final decision’’. Bersykurlaj kalau keputusan akhir kita adalah suatu yang baik, berguna buat hidup orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar