Senin, 11 Januari 2016

Filsafat bebek




Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa kita bisa belajar dari binatang. Dalam surat an-Nahl ayat 66, Allah Swt. Berfirman yang artinya, ‘’Sesungguhnya, pada binatang ternak ada pelajaran bagimu.’’
Mari kita belajar pada bebek.

Bebek adalah nama umum untuk beberapa spesies burung dalam family Anatidae. Bebek umumnya adalah burung akuatik yang sebagaian besar berukuran lebih kecil dibandingkan kerabatnya, angsa dan angsa berleher pendek, dan dapat ditemukan pada perairan air tawar maupun air laut. Bebek terkadang disamakan dengan beberapa burung air yang berhubungan jauh namun mirip dalam penampilan, misalnya loon, grebe, gallinule dan coot.

Bentuk persilangan dengan beberapa jenis bebek juga sering terjadi, seperti persilangan bebek dan entok yang disebut tektok dan tongki.

Bebek bisa dikatakan hewan yang bisa antri dan hidup rukun. Bebek bisa menyaring makanannya walaupun dalam lumpur dan bulu-bulu mereka tetap bersih jika sedang menacri makanan di tempat kotor. Ini karena bulu bebek mengandung minyak. Ungkapan ‘’bebek bisa menyaring makanannya,’’ bermakna bahwa kita harus bisa memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Sedangkan ungkapan ‘’bulu bebek tetap bersih’’ memiliki makna agar kita bisa bersih hati dan pikiran, walaupun dalam kondisi yang buruk sekalipun.

Adapun ‘’bebek hidup rukun’’, maknanya agar kita mampu hidup penuh toleransi, rukun, dan selalu dalam rel-rel yang telah ditetapkan.

Keburukan bebek adalah terlalu patuh terhadap peternak; digiring ke kiri ia ke kiri, digiring ke kanan ikut ke kanan, digiring ke jurang pun bebek mau-mau saja. Maknanya, arah hidup kita tidak boleh seperti bebek yang selalu menurut.  Sebab, orang yang mengajari kita belum tentu mengarahkan kita pada kebaikan. Keburukan bebek yang kedua adalah bertelur sembarangan. Bebek bukanlah tipikal hewan yang keibuan. Bebek bertelur di mana saja seakan lupa kalau itu calon anaknya.

Bebek adalah binatang yang paling cuek. Karenanya, kita sering mendengar ungkapan, ‘’cuek-cuek bebek’’. Ungkapan ini bermakna bahwa kita jangan meniru sifat-sifat bebek yang membiarkan begitu saja (calon) anak-anaknya. Kita seharusnya peduli seperti ayam mengerami telurnya dengan penuh kelembutan sekaligus proteksi yang tinggi.

Hari pertama melihat dunia, bebek-bebek kecil menyaksikan induknya melompat ke air untuk mencari makan. Tanpa berpikir panjang, mereka juga mengikuti induknya nyebur ke kolam mencari makan.

Bebek-bebek kecil ini tidak dibekali otak seperti manusia, namun justru berani melompat mengikuti instingnya untuk langsung terjun, berenang, dan mencari makan. Kita, sebagai manusia, karena punya otak, terkadang tidak punya keberanian “terjun langsung”, terlalu banyak pertimbangan.

Berikut ini, ada tiga hal yang paling sering menjadi mental block yang mengunci kita dalam penjara pekerjaan dan bagaimana cara melepaskan diri darinya.
1.   Tidak memiliki bekal/modal untuk mulai berusaha. Perlu diingat, tidak semua usaha memerlukan modal. Pengetahuan kita, pengalaman, jaringan pergaulan, dan lain sebagainya; bisa menjadi modal yang tidak kalah berdayanya dengan modal uang.
2. Tidak memiliki ide untuk usaha. Ide yang orisinal memang paling baik usaha, tetapi kita tidak harus memulai ide tersebut dari nol. Kita dapat menerapkan teori 3N dari khazanah kearifa Jawa, yaitu namatke (memeperhatikan), nirokke(menirukan), dan nambahi (menambahkan/memodifikasikan). Kita dapat menyontek bisnis yang sudah jalan, mungkin dinegeri lain. Mungkin dibidang lain, mungkin dengan komoditas/ barang dagangan yang lain. Tetapi, kalaupun harus nyontek, menyonteklah dengan cara yang pintar. Paling tidak , jangan menyontek secara mentah-mentah, setidaknya bisa nambahi. Bukankah 3N pula yang dilakukan Jepang sampai menguasai pasar mobil dan elektronik dunia dewasa ini?
3. Job security. Banyak orang yang rela bersusah-suah bekerja dengan perasaan yang tidak enak sekalipun mereka tidak betah bekerja ditempat itu. Mereka beranggapan bahwa dengan bekerjalah (ditempat tersebut) kelangsungan masa depan mereka dan keluarga mereka terjaga. Selain itu, ditempat ia bekerja sekrang, ada dana pension, biaya kesehatan, dan seterusnya. Hal ini tidak sepenuhnya benar. Karena, persentase pensiunan yang bisa mempertahankan kualitas hidup seseorang dengan semasa belum pensiun adalah sangat sedikit. Yang sedikit ini pun karena mereka tidak mengandalkan uang pensiunannya semata.
Ilusi job security ini juga terjadi pada karyawan-karyawan diperusahaan besar. Dalam realitasnya, berapa banyak karyawan atau bahkan eksekutif perusahaan bersar yang harus kehilangan pekerjaan dan segala fasilitasnya oleh berbagai sebab.


Ketika berada diatas air, bebek selalu melihat tenang. Mereka sangat anggun dan cantik, tapi sesungguhnya sibuk dan gita di bawah air. Hal itu bisa kita maknai bahwa sesibuk apa pun atau sesulit apapun, kita tidak perlu mengeluh. Kita harus tetap tanang; tetap focus pada kebahagiaan.

Banyak orang hidup berpenampilan anggun. Dan, keanggunannya itu hanya merupakan bagian yang tampak dipermukaan. Karena, dibalik keanggunannya itu, sebenarnya orang tersebut justru memiliki banyak hal yang dihasilkan.
Orang itu menjalankan filsafat bebek, anggun diatas air namun sibuk di bawah air, tidak terlihat kesibukan yang dilakukan. Sebab, ia tampak tak berbuat apa-apa, tampak tidak bekerja, [adahal sesungguhnya ia bekerja dengan sangat keras.
Tidak tampak ada keluhan dan ketertekananyang terlihat darinya dalam situasi apa pun. Kita akan menjadi hebat sekali kalau tertekan. Karena, kegentingan itu adalah rahmat atau berkah. Sehingga, ketertekanan itu membuat kita selalu tegas dan waspada.
Diakhir tulisan ini, saya ingin membagi kisah lucu perihal bebek.
Disebuah sekolah Taman Kanak-kanak. Seorang guru sedang mengajarkan lagu, ‘’Potong bebek angsa, mask dikuali….’’
Semua anak ikut bernyanyi, tetapi Aini malah menangis tersedu-sedu.
Ibu Guru pun bertanya, “Aini, mengapa kamu menangis? Ayo ikut menyanyi potong bebek angsa”
Tangisan ani malah semakin keras. “Ibu Guru jahat! Ibu Guru kejam! Kasihan bebeknya!” teriak Ani.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar