Al-Qur’an
mengisyaratkan bahwa kita bisa belajar dari binatang. Dalam surat an-Nahl ayat
66, Allah Swt. Berfirman yang artinya, ‘’Sesungguhnya, pada binatang ternak ada
pelajaran bagimu.’’
Mari kita belajar pada bebek.
Bebek
adalah nama umum untuk beberapa spesies burung dalam family Anatidae. Bebek
umumnya adalah burung akuatik yang sebagaian besar berukuran lebih kecil
dibandingkan kerabatnya, angsa dan angsa berleher pendek, dan dapat ditemukan
pada perairan air tawar maupun air laut. Bebek terkadang disamakan dengan beberapa
burung air yang berhubungan jauh namun mirip dalam penampilan, misalnya loon,
grebe, gallinule dan coot.
Bentuk
persilangan dengan beberapa jenis bebek juga sering terjadi, seperti
persilangan bebek dan entok yang disebut tektok dan tongki.
Bebek
bisa dikatakan hewan yang bisa antri dan hidup rukun. Bebek bisa menyaring
makanannya walaupun dalam lumpur dan bulu-bulu mereka tetap bersih jika sedang
menacri makanan di tempat kotor. Ini karena bulu bebek mengandung minyak.
Ungkapan ‘’bebek bisa menyaring makanannya,’’ bermakna bahwa kita harus bisa
memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Sedangkan ungkapan ‘’bulu bebek
tetap bersih’’ memiliki makna agar kita bisa bersih hati dan pikiran, walaupun
dalam kondisi yang buruk sekalipun.
Adapun ‘’bebek hidup rukun’’,
maknanya agar kita mampu hidup penuh toleransi, rukun, dan selalu dalam rel-rel
yang telah ditetapkan.
Keburukan
bebek adalah terlalu patuh terhadap peternak; digiring ke kiri ia ke kiri,
digiring ke kanan ikut ke kanan, digiring ke jurang pun bebek mau-mau saja.
Maknanya, arah hidup kita tidak boleh seperti bebek yang selalu menurut. Sebab, orang yang mengajari kita belum tentu
mengarahkan kita pada kebaikan. Keburukan bebek yang kedua adalah bertelur
sembarangan. Bebek bukanlah tipikal hewan yang keibuan. Bebek bertelur di mana
saja seakan lupa kalau itu calon anaknya.
Bebek
adalah binatang yang paling cuek. Karenanya, kita sering mendengar ungkapan,
‘’cuek-cuek bebek’’. Ungkapan ini bermakna bahwa kita jangan meniru sifat-sifat
bebek yang membiarkan begitu saja (calon) anak-anaknya. Kita seharusnya peduli seperti
ayam mengerami telurnya dengan penuh kelembutan sekaligus proteksi yang tinggi.
Hari
pertama melihat dunia, bebek-bebek kecil menyaksikan induknya melompat ke air
untuk mencari makan. Tanpa berpikir panjang, mereka juga mengikuti induknya
nyebur ke kolam mencari makan.
Bebek-bebek
kecil ini tidak dibekali otak seperti manusia, namun justru berani melompat
mengikuti instingnya untuk langsung terjun, berenang, dan mencari makan. Kita,
sebagai manusia, karena punya otak, terkadang tidak punya keberanian “terjun
langsung”, terlalu banyak pertimbangan.
Berikut
ini, ada tiga hal yang paling sering menjadi mental block yang mengunci kita
dalam penjara pekerjaan dan bagaimana cara melepaskan diri darinya.
1.
Tidak
memiliki bekal/modal untuk mulai berusaha. Perlu diingat, tidak semua usaha
memerlukan modal. Pengetahuan kita, pengalaman, jaringan pergaulan, dan lain
sebagainya; bisa menjadi modal yang tidak kalah berdayanya dengan modal uang.
2. Tidak memiliki ide untuk usaha. Ide
yang orisinal memang paling baik usaha, tetapi kita tidak harus memulai ide
tersebut dari nol. Kita dapat menerapkan teori 3N dari khazanah kearifa Jawa,
yaitu namatke (memeperhatikan), nirokke(menirukan), dan nambahi
(menambahkan/memodifikasikan). Kita dapat menyontek bisnis yang sudah jalan,
mungkin dinegeri lain. Mungkin dibidang lain, mungkin dengan komoditas/ barang
dagangan yang lain. Tetapi, kalaupun harus nyontek, menyonteklah dengan cara
yang pintar. Paling tidak , jangan menyontek secara mentah-mentah, setidaknya
bisa nambahi. Bukankah 3N pula yang dilakukan Jepang sampai menguasai pasar
mobil dan elektronik dunia dewasa ini?
3. Job security. Banyak orang yang rela
bersusah-suah bekerja dengan perasaan yang tidak enak sekalipun mereka tidak
betah bekerja ditempat itu. Mereka beranggapan bahwa dengan bekerjalah
(ditempat tersebut) kelangsungan masa depan mereka dan keluarga mereka terjaga.
Selain itu, ditempat ia bekerja sekrang, ada dana pension, biaya kesehatan, dan
seterusnya. Hal ini tidak sepenuhnya benar. Karena, persentase pensiunan yang
bisa mempertahankan kualitas hidup seseorang dengan semasa belum pensiun adalah
sangat sedikit. Yang sedikit ini pun karena mereka tidak mengandalkan uang
pensiunannya semata.
Ilusi
job security ini juga terjadi pada karyawan-karyawan diperusahaan besar. Dalam
realitasnya, berapa banyak karyawan atau bahkan eksekutif perusahaan bersar
yang harus kehilangan pekerjaan dan segala fasilitasnya oleh berbagai sebab.
Ketika
berada diatas air, bebek selalu melihat tenang. Mereka sangat anggun dan
cantik, tapi sesungguhnya sibuk dan gita di bawah air. Hal itu bisa kita maknai
bahwa sesibuk apa pun atau sesulit apapun, kita tidak perlu mengeluh. Kita
harus tetap tanang; tetap focus pada kebahagiaan.
Banyak
orang hidup berpenampilan anggun. Dan, keanggunannya itu hanya merupakan bagian
yang tampak dipermukaan. Karena, dibalik keanggunannya itu, sebenarnya orang
tersebut justru memiliki banyak hal yang dihasilkan.
Orang
itu menjalankan filsafat bebek, anggun diatas air namun sibuk di bawah air,
tidak terlihat kesibukan yang dilakukan. Sebab, ia tampak tak berbuat apa-apa,
tampak tidak bekerja, [adahal sesungguhnya ia bekerja dengan sangat keras.
Tidak
tampak ada keluhan dan ketertekananyang terlihat darinya dalam situasi apa pun.
Kita akan menjadi hebat sekali kalau tertekan. Karena, kegentingan itu adalah
rahmat atau berkah. Sehingga, ketertekanan itu membuat kita selalu tegas dan
waspada.
Diakhir tulisan ini, saya ingin
membagi kisah lucu perihal bebek.
Disebuah
sekolah Taman Kanak-kanak. Seorang guru sedang mengajarkan lagu, ‘’Potong bebek
angsa, mask dikuali….’’
Semua anak ikut bernyanyi, tetapi
Aini malah menangis tersedu-sedu.
Ibu Guru
pun bertanya, “Aini, mengapa kamu menangis? Ayo ikut menyanyi potong bebek
angsa”
Tangisan
ani malah semakin keras. “Ibu Guru jahat! Ibu Guru kejam! Kasihan bebeknya!”
teriak Ani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar