ASSALAMU’ALAIKUM…
berjumpa kembali dengan saya, semoga tidak kangen yaa,, hehe
Abdul fatah menulis dalam status FB-nya, ‘’Lumut tidak akan
berkumpul pada batu yang menggelinding.’’ Kalimat ini distatuskan oleh
sahabatnya, Ijang. Fatah langsung menyukainya. Itu pertanda, ia setuju dengan
metaforanya.
Namun, setelah
di search diGoogle, ia menemukan beberapa fakta terkait lumut. Berikut
diantaranya :
1.
Tumbuhan lumut memiliki peran dalam ekosistem sebagai
penyedia oksigen, penyimpan air (karena sifat selnya yang menyerupai spons),
dan sebagai penyerap polutan.
2.
Tumbuhan ini juga dikenal sebegai tumbuhan perintis,
mampu hidupdilingkungan yang kurang disukai tumbuhan pada umumnya.
3.
Beberapa tumbuhan lumut dimanfaatkan sebagai ornament
tat ruang. Beberapa spesies Sphagnum dapat digunakan sebagai obat kulit dan
mata.
4.
Tumbuhan lumut yang tumbuh dilantai hutan hujan membantu
menahan erosi. Mengurangi bahaya banjir, dan mampu menyerap air pada musim
kemarau.
Keempat fakta tersebut membuat Fatah berpikir ulang atas status
sahabatnya tesebut.
Ini
klarifikasinya.
Terhadap status ‘’lumut tidak akan berkumpul pada batu yang
menggelinding’’ ia menginterpretsikan begini, bahwa orang yang berdiam diri,
statis, dan malas berpikir lebih cenderung dihinggapi oleh hal-hal negative.
Orang yang berdiam diri dan tidak aktif bergerak, lebih rentan terhadappenyakit.
Orang statis akan mengalami kehidupan yang membosankan. Orang malas berpikir,
otaknya akan dipenuhi oleh kerak-kerak kebodohan.
Sebaliknya, mereka yang aktif bergerak, beraktivitas positif,
berolahraga, dan berolahjiwa tidak akan dihinggapi ‘’lumut’’ dalam hidup dan
kehidupannya.
Jadi, lumut
lebih mewakili suatu kondisi borok. Yang membuat kehidpuan ‘’batu’’ mewakili
manusia menjadi bobrok. Jadi, seolah-olah lumut sebagai pihak yang negative.
Namun, setelah mencari tahu apa dan bagaimana tanaman lumut itu,
Fatah menjadi tidak sepenuhnya setuju pada status Ijang tadi.
Justru, lumut dan batu bisa saling melengjapi satu sama lain. Lumut
memang bisa membuat batu perlahan-laha hancur dan lumat, tapi bukankah setelah
itu akan muncul kehidupan berikutnya yang lebih indah. Inilah mengapa lumut
dijuluki tumbuhan perintis. Ia perintis kehidupan. Mungkin saja, batu tersebut
tidak bisa bertahan karena strukturnya memang tidak kuat. Lalu lumut
menginvasinya. Sekian lama waktu bejalan, batu itu akan di-makeup-I oleh lumut
yang hijau. Hijau yang menyegarkan .
Kalau si batu (manusia) mau berkorban untuk ditumbuhi lumut, maka
pada akhirnya nanti akan melahirkan sesuatu yang lebih bermanfaat bagi
organisme lainnya. Jadi, ditumbuhi lumut, bukanlah suatu hal yang perlu
diresahkan. Bukan aib. Bukan hal yang negative. Justru, dengan menjadi natu
yang diam, tak bergerak, tidak terus-terusan menggilnding, si batu telah
menyediakan dirinya (menjadi medium) untuk ditumbuhi sesuatu yang lebih
bermanfaat, yaitu lumut.
Ia hanya ingin menekankan, batu yang diam ditempat yang lembabpun
bisa bermanfaat bagi lumut yang kemudian lumut bermanfaat bagi semesta (lihat
empat fakta lumut diawal). Jika kita memilih menjadi batu yang menggelinding,
terus bergerak alias dinamis, maka kita juga akan menhadapi
konsekuensi-konsekuensi yang tidak sedikit. Bisa saja, bermanfaat bagi semesta,
bisa pula tidak.
Ujung-ujungnya nanti, batu yang diam dan ditumbuhi lumut secara
perlahan-lahan akan hancur pula. Ujung-ujungnya nanti, batu yang terus menggelinding
akan aus dan habis. Nah, selama perjalanan menuju ketiadaan itu, peran seperti
apa yang akan kita mainkan. Itu saja!
WA’ALAIKUM
SALAM…