Kamis, 18 Februari 2016

Taman Paseban Bangkalan II




Hai, Assalamu’alaikum berjumpa lagi dengan tulisan renyah saya. Kemarin tanggal 14 Februari 2016, taukan hari apa? Ya hari Ahad! Iya itu hari Valentine yang katanya hari kasih sayang ada juga yang bilang itu ulang tahun Valentino Rossi, tapi buat saya ‘say no to Valentine’ karena itu bukan budaya islam. Apa yang kalian lakukan pada tanggal 14 Februari? Kemana saja? Bagi cerita dong, hehehe.

Sekarang tanggal 15 Februari 2016, sore ini saya jalan-jalan di Taman, ketemu lagi dengan Taman ini, Taman Paseban “Bangkalan”, Yes! Bangkalan! Bangkalan adalah kota kelahiran saya. 

Sore yang mendung terlihat matahari yang malu-malu muncul bersembunyi di balik awan yang putih dan empuk, banyak orang yang lalu lalang ada juga segerombolan orang yang sedang berfoto bareng dan banyak juga orang yang berpacaran, duduk berduaan, jalan berdua sambil pegangan tangan terlihat seperti mau nyebrang jalan, kali ini saya pergi sama temen yang solid yaitu Kim, berdua lagi dengan dia.

Kim, ternyata ni tempat banyak juga orang yang pacaran yak? Dengan setengah berbisik ketelinga Kim. Ahahaha mata lu ternyata jeli juga kalau suruh liat, sahutnya sambil tertawa geli. Entar kalau gua punya pacar, gua ajak kesini haha, sambungku. Hehe miris banget hidup lu, udah berapa taun lu jomblo? Ejeknya. Dih sory gua itu bukan jomblo tapi single, entar kalau sudah saatnya nyampe sendiri itu undangan kerumah lu, dari pada lu pacaran tapi jarak jauh kan sama aje. Ledekku sambil ketawa. Sudah dari pada lu ngoceh kayak gini mending kita foto-foto saja, sahutnya. Ayo setuju, sambungku.

So ini dia hasilnya.
koleksi pribadi






Taman Paseban Bangkalan I



Air mulai berjatuhan dari langit, sore ini tidak deres tetapi juga tidak gerimis ini biasanya hujan yang lama, setelah kunjungan dari rumah guru silat. Temen yang akrab di sapa kim ngajak mampir ke Taman Paseban yang tidak jauh dari kediaman guru saya. Sambil berbisik dari belakang saya bertanya, Serius ni cuaca kaya’ gini masih mau mampir?. Iya lah aku penasaran banget 1bulan di malaysia belum pernah kesini, aku berangkat ini belum jadi, tegas kim. 

Sesampainya di sana jarang tampak orang berjalan ke sana kemari, hanya satu dua orang yang berfoto-foto mengabadikan tempat ini, setelah masuk ke Taman Paseban ini tiba-tiba dari arah timur ada yang memanggil nama saya, Zahro ngapain disini? Terdengar suara itu. Segera saya belok kiri dan menghampirinya, eh ternyata lu uje dikira siapa manggil namaku, sapaku kepada teman satu kelas waktu SMA. Iya dikira udah gak kenal, ngapain kamu disini kapan balik dari jakarta? Tanyanya. Segara saya menjawab, Ini aku diajak temen kesini, aku kuliah dijombang sekarang. Haha kamu dari MAN bangkalan pindah ke jakarta sekarang kuliah di jombang, dikira mau jadi orang ibu kota tapi orang tua mu masih di jakarta?, tanyanya dengan nada ngeledek. Iya orang tuaku masih di jakarta, yasudah aku kesana dulu ya, Sambungku. Oke hati-hati jangan lupa kapan-kapan ngadain reunian ya sama teman kelas,sahut uje. Sambil berjalan kearah barat saya mengajungkan Jempol.

Sungguh menakjubkan alun-alun ini, mata begitu sangat segar melihat pemandangan ini. Dulu taman ini kurang di rawat hanya di tempatin orang berjualan dan di buat tongkrongan sama siswa/siswi yang pulang sekolah.

Sekarang tempat ini disulap menjadi pemandangan yang begitu memanjakan mata. So, ini dia fotonya :
 
 

Tanggal 15 Februari 2016


Masa liburan didesa kelahiran

Siang ini, hujan mengguyur desa bilaporah terasa sangat sejuk dan terlihat beberapa daun di kebun salak samping rumah juga menari dengan turunnya hujan ini. Hujan adalah nikmat dari Allah Swt, kita patut mensyukuri nikmat tersebut, karena sesuatu yang paling indah adalah bersyukur.

Tetesan air yang jatuh dari langit perlahan mulai tidak terlihat, rupanya hujan hanya sebentar kurang lebih lima belas menit. Langit sudah tidak terlihat gelap, matahri kembali menyinari desa kelahiranku ini, suasana pedesaan ini sangat sepi dan sunyi hanya ada adzan dhuhur yang berkumandang dengan sangat jelas berbeda dengan tempat tinggalku dijakarta yang penuh keramaian.

Beberapa kendaraan mulai terdengar bising di telinga banyak anak remaja pulang dari sekolah menengah pertama. Siang ini aku sedang duduk ditepan Tv bersama nenek tercinta, sambil mendengarkan cerita dari nenek hingga membuat kami tersenyum dan tertawa renyah.

Matahari terus tergelincir kearah barat itu tandanya waktu semakin cepat berlalu tetapi aku belum menemukan aktivitas yang membuat tenaga dan otak terkuras. Akhirnya aku putuskan untuk bergegas kerumah tante untuk bertemu keponakan yang lucu-lucu, nek aku pamit ya mau kerumahnya tante mia? Tanyaku kepada nenek sambil menunggu jawaban darinya. Ya sudah hati-hati jangan terlalu larut malam pulangnya, sahutnya.

Dan ini dia foto – foto keponakanku. Lily dan Al.

14 Februari 2016



Pertama kalinya aku pergi kebukit jaddih

Siang menjelang sore, suasana bumi masih terik dengan sinar matahari. Aku bergegas meraih handphone yang sedang berdering segera aku terima panggilan dari teman yang biasa aku panggil dengan nama kim, Assalamu’alaikum iya kim gimana jadi mau keluar? Tanyaku. Wa’alaikum salam iya jadi, aku segera kerumahmu, suara terdengar dari seberang. Panggilan tiba-tiba dimatikan dan tak lama kemudian terdengar suara sepeda motor Vario Techno berhenti di depan rumah, Assalamu’alaikum zahro ayo, terdengar suara dari luar memanggil namaku. Kita bertiga kesana?, tanyaku kepada kim. Iya adikku ngotot pengen ikut,sambungnya. Setelah beberapa menit motor ini melaju kearah timur melewati pasar jadddih dan beberapa toko yang berjejer ditepi jalan. Sepeda motor dan juga mobil lalu lalang melewati jalan raya, siang ini sengatan sinar matahari masih sangat terasa dikepala.

Motor Vario Techno ini terus melaju sesampainya di dasar bukit aku melihat banyak orang yang berada disana, kebanyakan bukan orang asli penduduk sini. Ada yang sedang berpose memotret keindahan alam, ada juga yang sibuk berfoto sendiri. Perjalanan masih sangat jauh hingga keatas bukit, beberapa jalanan yang tidak bersahabat sering kali kita jumpai sehingga kita harus ekstra hati-hati mengendarai sepeda motor Vario Techno ini.

Alhasil dengan perjalanan yang sangat melelahkan dan panas sinar matahari yang menyengat semuanya beban itu terasa lenyap setelah melihat keindahan alam di depan mata yang sungguh cantik, angin berhembusan seolah menari dengan pemandangan indah ini, zahro akui memang penduduk sini(rumahku tidak terlalu jauh dari bukit ini) tetapi baru pertama kalinya aku naik keatas bukit dan baru merasakan keindahan alam ini, Subhanaallah. Ku pejamkan mata sambil menghirup udara yang begitu sejuk masuk ke dalam alveolus yang akan diangkut oleh sel-sel darah merah dan di alirkan keseluruh tubuh.

Allahuakbar.

Sungguh Allah yang menciptakan keindahan langit dan bumi,

Hatiku terus memuji-muji nama-Nya.

So, ini foto dari koleksi pribadi

(Dasar Bukit Jaddih)




 (Ini Sobatku 'Kim')
(ini Zahro)

Tanggal 30 Januari 2016



Liburan UAS hari pertama

Hembusan angin pagi terasa begitu dingin, pagi ini tidak seperti biasanya lebih dingin dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Langit yang semula berkabut gelap, perlahan mulai terlihat berwarna terang. Mataharipun tiba-tiba naik sejengkal. Hawa dingin yang sebelumnya masih menyelimuti seluruh pesantren Darul ‘Ulum, lambat laun sirna ditelan cahaya matahari.

Suasanapun menjadi kelabu. Sinar mentari pagi yang cerah dan indah laksana sapaan alam yang sedang tersenyum pada semesta itu seolah bertolak belakang dengan kondisi tubuhku saat ini, sungguh pagi yang kurang bersahabat, di hari sabtu ini semua teman-teman kamar pulang mudik ke kampung halaman tetapi berbeda dengan kondisiku, demam masih tinggi dari semalam, suhu tubuh masih belum stabil.




Waktu sudah menunjukkan pukul 12:10, pasti diluar sana terasa panas menyengat dari sinar matahari yang berada ditengah-tengah bumi, teman kamar terlihat sibuk mengisi tas ranselnya dengan pakaian dan barang-barang yang akan dibawa mudik. Selesai sholat dhuhur mereka bergegas untuk mengejar waktu dan berpamitan satu per satu, serius ni zahro ditinggal sendirian dikamar ? tanyaku kepada faiza. Iya maaf tachi (tachi adalah nama panggilan khusus untukku dari teman satu kamar), abangku ini mendadak mau balik sekarang, kamu yang sabar ya sayang besok kan sudah dijemput sama tantemu, sahutnya. Okelah, hati-hati dijalan salam sama kedua orang tua mu,sambungku. Dengan senyum yang ramah dia berkata, Siap!

Setelah teman-teman menghilang tak keliatan batang hidungnya rasanya aku pengen nangis sekeras-kerasnya sambil memanggil nama Ayah, Mama. Tapi aku sudah dewasa dan tidak boleh cengeng, aku mulai mencari sesuatu yang bisa dilakukan, aku raih novel ini dan akhirnya aku tenggelam dalam lembaran novel Ayat-Ayat Cinta 2.